LAPORAN
KUNJUNGAN
INDUSTRI
DI BATIK
WINOTOSASTRO
Disusun untuk memenuhi
persyaratan
Ujian Akhir Sekolah /Ujian
Akhir Nasional (UAS/UAN)
SMK PSM 1 Kedunggalar Tahun Pelajaran 2016/2017
NAMA KELOMPOK :
1. MEY LENI
EVIND S
2. NADILA
KRISMUTIAS
3. NINDI
DWI K
4. NINIK
SETYANI
5. NOVIA
RITANINGRUM
6. NURMA
YULIANA SARI
7. RICKA
YULI KURNIAWATI
8. RISKI
PRASTIKA
9. SARITI
10. SELVIA
VEGA NURVITASARI
11. SITI
ROHANI PUTRI
12. TRI AGUS
SETYO RINI
13. YUNITA
RATNA SARI
SMK PSM
1 KEDUNGGALAR
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Jl
Slamet Riyadi No 56 Kedunggalar Ngawi
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kegiatan kunjungan industri program Akuntansi disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Kedunggalar,07
Januari 2017
Ketua Kunjungan Industri Pembimbing
Tony Sulistiyono,S.Pd
Aliman Ansori,S.Pd.
Kepala Sekolah
Cholik
Choirul Chufa,M.Pd.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kunjungan Industri
di BATIK
WINOTOSASTRO JOGJAKARTA bisa tersampaikan
dengan baik. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Kunjungan Industri ini adalah
untuk mengenal bagaimana proses pembuatan batik.
Adapun penyusunan Laporan Kunjungan Industri ini
berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan Kunjungan Industri, serta
data-data dan keterangan dari pembimbing. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
Laporan Kunjungan Industri ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak CHOLIK CHOIRUL CHUFA,M,Pd Selaku Kepala sekolah SMK PSM 1 KEDUNGGALAR yang telah memberi izin
untuk melaksanakan study tour ke BATIK
WINOTOSASTRO
2. Pimpinan direktur Perusahaan
BATIK WINOTOSASTRO beserta
seluruh
karyawanya yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkunjung
3. Bapak Tony
Sulistiyono,S.Pd
selaku Ketua Kunjungan Industri.
4. Bapak Yhugo
Swastiko,M.Pd
selaku Pembina
5. Kedua orang tua dan saudara kami
yang telah mendukung dan memberikan doa restu.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat kami
sebutkan , atas bantuan doa restu yang berhubungan dengan kegiatan Kunjungan
Industri. kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan Laporan Praktik
Industri ini.
Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat
bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang .................................................................................................... 1
B.
Rumusan
masalah ................................................................................................ 1
C.
Tujuan
Kegiatan.................................................................................................... 1
BAB
II METODE PELAKSANANAAN KEGIATAN
A.
Metode penentuan Obyek Kunjungan Industri .................................................... 2
B.
Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 2
C.
Waktu Pelaksanaan Kegiatan................................................................................ 4
D.
Peserta Kegiatan.................................................................................................... 4
BAB III
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A.
Sejarah Batik Winoto Sastro................................................................................. 5
B.
Personalia............................................................................................................... 6
C.
Proses
produksi...................................................................................................... 6
D.
Hasil Produksi....................................................................................................... 14
E.
Penjualan Pemasaran............................................................................................. 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 15
B. Saran ..................................................................................................................... 15
LAMPIRAN
A.
Foto-Foto saat kegiatan Kunjungan Industri........................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring pesatnya perkembangan teknologi,dunia pendidikan di tuntut untuk lebih
menyongsong era globalisasi. Dalam usaha peningkatan mutu pendidikn tersebut
maka ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) hendaknya di serapi dengan keimanan
dan ketaqwaan. Ilmu yang di dapat dalam bangku sekolah dirasakan masih sangat
kurang sehingga di perlukan sebuah kunjungan ke perusahaan / industri yang bisa
membantu kami dan bisa kami jadikan perbandingan ketika kami menerima pelajaran
di sekolah.
Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan inilah yang menyebabkan siswa siswi SMK PSM 1 Kedunggalar mengadakan Kunjungan Industri.
Kunjungan industri dipilih untuk memperkenalkan siswa ke dunia kerja. Siswa di tuntut untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan industri untuk memperoleh pengetahuan tentang cara membuat batik di Kerajinan Batik Winotosastro. Kunjungan industri dilakukan untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang cara-cara dan macam-macam produk pakaian yang cukup asing bagi saya pribadi agar siswa dapat membandingkan antara dunia kerja dengan ilmu yang di peroleh di sekolah. Siswa di wajibkan membuat laporan atas informasi yang di peroleh selama kunjungan industri di perusahaan yang bersangkutan.
Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan inilah yang menyebabkan siswa siswi SMK PSM 1 Kedunggalar mengadakan Kunjungan Industri.
Kunjungan industri dipilih untuk memperkenalkan siswa ke dunia kerja. Siswa di tuntut untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan industri untuk memperoleh pengetahuan tentang cara membuat batik di Kerajinan Batik Winotosastro. Kunjungan industri dilakukan untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang cara-cara dan macam-macam produk pakaian yang cukup asing bagi saya pribadi agar siswa dapat membandingkan antara dunia kerja dengan ilmu yang di peroleh di sekolah. Siswa di wajibkan membuat laporan atas informasi yang di peroleh selama kunjungan industri di perusahaan yang bersangkutan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah seperti yang telah di uraikan di atas,di kemukakan
beberapa masalah yang akan di pahami sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan teknologi/peralatan maupun mesin yang
di gunakan oleh perusahaan/industri?
2.
Bagaimana penerapan k3 oleh industri apakah sudah sesuai
dengan standart/sudah sesuai dengan ketentuan yang diajarkan oleh bangku
sekolah?
3.
Bagaimana kiat-kiat agar karyawan bekerja sesuai dengan
situasi dan kondisinya masing-masing
C.
Tujuan
kunjungan Industri
Suatu kegiatan dilaksanakan tentunya memiliki berbagai tujuan yang melatar
belakangi kegiatan tersebut. Dalam hal ini tujuan dari Kunjungan Industri dan
penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1.
Memenuhi tugas sesuai dengan
kurikulum yang ditetapkan di SMK PSM 1 Kedunggalar .
Siswa mendapat gambaran tentang DU/DI di bagian mana mereka dapat menerapkan ilmu yang mereka dapat di Sekolah.
Siswa mendapat gambaran tentang DU/DI di bagian mana mereka dapat menerapkan ilmu yang mereka dapat di Sekolah.
2.
Melatih siswa dalam
mempertanggung jawabkan pelaksanaan program sekolah dalam bentuk laporan.
3.
Mendapatkan dan menambah wawasan
di bidang tata busana untuk bisa dijadikan bekal nanti.
Kunjungan
industri diharapkan dapat memiliki manfaat bagi siswa diantaranya siswa dapat
mengetahui dan lebih mengerti tentang dunia kerja, dapat mengetahui macam-macam
produk busana dan cara-cara membuat busana yang masih asing bagi kami dan dapat
mengetahuinya dengan baik.
BAB II
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Metode Penentuan Obyek
Kunjungan Industri
Hal-hal
yang di pertimbangkan dalam menentukan obyek kunjungan industry yaitu :
1.
Kesesuaian obyek dengan jurusan AKUNTANSI
dengan maksudkan agar siswa mengetahui dan
berpengalaman dengan melihat langsung Perusahaan
sehingga antara pengetahuan di bangku sekolah dan pengalaman kunjungan bisa di
ambil kesimpulan yang baik.
2. Lokasi
dan ketersediaan obyek kunjungan industri
Obyek Kunjungan Industri Siswa SMK PSM 1 KEDUNGGALAR
di arahkan dengan obyek wisata yang akan di kunjungi yaitu BATIK WINOTOSASTRO,PANTAI
PARANGTRITIS,PUSAT OLEH-OLEH dan MALIOBORO
B. Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut :
1.
Metode Wawancara
Wawancara yang di lakukan di sini berupa Tanya jawab
dengan pihak terkait untuk memperoleh informasi yang lengkap dan efektif.
2.
Observasi Langsung
Observasi
di lakukan secara langsung pada obyek Kunjungan Industri yaitu
C. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
kunjungan industri siswa-siswi SMK PSM 1 KEDUNGGALAR dilaksanakan pada hari Rabu 09 NOVEMBER 2016
dengan rincian sebagai berikut :
No
|
Hari/Tanggal
|
Pukul
|
Keterangan
|
1
|
Rabu ,09 November 2016
|
03.00
|
Berangkat dari SMK PSM 1
KEDUNGGALAR
|
2
|
Rabu,09 November 2016
|
04.30-04.40
|
Sholat subuh di masjid Pondok
Gontor
|
3
|
Rabu,09 November 2016
|
04.40
|
Berangkat ke BATIK WINOTOSASTRO
|
4
|
Rabu,09 November 2016
|
10.00
|
Sampai
di BATIK
WINOTOSASTRO
|
5
|
Rabu,09 November 2016
|
10.00-12.00
|
Penyampaian
materi dan keliling melihat-lihat pabrik Batik
WINOTOSASTRO
|
6
|
Rabu,09 November 2016
|
12.00-13.00
|
Berangkat
menuju parangtritis
|
7
|
Rabu,09 November 2016
|
15.30-21.00
|
Berangkat
Menuju rumah makan Berangkat ke pusat oleh-oleh
Berangkat
ke Malioboro
Kembali
ke sekolah
|
D. Peserta Kegiatan
Kegiatan
kunjungan industry ini di laksanakan oleh siswa-siswi jurusan pemasaran,akuntansi
dan multimedia dengan guru pendamping bus
yaitu :
1.
Bapak Sulistiyono
2.
Bapak Aliman Ansori
3.
Ibu Hidiyah Nur
4.
Ibu Kholifatul Fatma Riya S
5.
Bapak Jeffri
Kurhidayat
6.
Ibu Indra Widayati
BAB
III
HASIL
PELAKSANAAN DAN KEGIATAN
A. Sejarah
Sejak 1967 hingga
sekarang Hani, panggilan akrab Haryani, selalu membantu orangtuanya --
Winotosastro dan Mudinah Winotosastro -- di perusahaan Kerajinan Batik
Winotosastro. Walaupun sang ayah, yang kini berusia 84 tahun, masih menjadi
pimpinan Batik Winotosastro, Hani berperan cukup besar di bagian produksi untuk
tetap melestarikan batik tradisional. Motif-motif batik ini klasik dan
pewarnaannya alami.
Langkah melestarikan pewarna alami itu antara lain dilakukan Hani dengan mengoleksi tanaman yang bisa dipakai sebagai pewarna alami. Tanaman itu ada di halaman rumahnya, yang sekaligus sebagai showroom Batik Winotosastro, dan di sekitar halaman hotel Winotosastro di Jalan Tirtodipuran, Yogyakarta.
Bila menemukan sedikit saja lahan kosong, ia langsung memanfaatkan untuk memperbanyak koleksi tanaman pewarna batik, seperti indigo/tom/nila (Indigofera tinctoria L), tingi (Ceripus tagal), jambal (Ceriops candolleana), tegeran (Cudrania javanensis), putri malu (Mimosa pidica), mengkudu (Morinda citrifolia L), jambu biji, mangga, secang (Caiesalpinia), nangka (Artocarpus integra M), dan sebagainya.
Hani juga memberikan biji tanaman indigo kepada sejumlah petani di Bantul, Yogyakarta, untuk ditanam. Bila daunnya dipetik, dia akan membelinya untuk dibuat pasta dan dimanfaatkan oleh Batik Winotosastro sebagai bahan pewarna biru. ''Warna biru merupakan salah satu ciri khas batik klasik Yogyakarta disamping warna soga coklat dan warna dasar putih,''ungkap Hani sambil menunjukkan berbagai koleksi batik tulis khas Yogyakarta.
Awalnya batik Winotosastro, yang berdiri sejak 1940, hanya menggunakan pewarna alami. Dengan adanya pewarna kimia yang lebih bervariasi, batik Winotosastro juga menggunakan pewarna tersebut. Meskipun demikian sebagian besar kerajinan batiknya tetap menggunakan warna alami. Untuk meningkatkan pengetahuannya tentang warna alami, Hani aktif mengikuti seminar-seminar dan workshop mengenai pewarnaan alam untuk tekstil yang diselenggarakan di Indonesia maupun di luar negeri.
Latar belakang pendidikannya, yaitu sarjana muda Teknik Kimia UGM, mendukung keinginan untuk terus mendalami warna alami. Ia senang bereksperimen untuk menghasilkan warna dari bahan alami lainnya yang belum pernah atau jarang dipakai orang sebagai pewarna batik. Di berbagai kesempatan seminar dan workshop, Hani selalu berbicara tentang batik tradisional maupun praktek pembuatan batik tradisional dengan pewarnaan alam. ''Sayang kalau batik dari warisan leluhur bangsa Indonesia tidak dilestarikan. Corak batik Yogyakarta ada yang sudah dipatenkan di Amerika. Padahal batik ini betul-betul asli warisan leluhur kita,''ungkap Hani sambil menunjukkan batik tulis corak parang yang dikoleksinya.
Batik Winotosastro dikenal di dunia. Dulu Winotosastro maupun Hani sering keliling dunia untuk mengikut pameran di Eropa, Amerika, dan Asia yang dikoordinir oleh pemerintah. Juga mengikuti misi dagang yang disponsori oleh UNDP, MEE, JETRO dan UNIDO. Pada 1998 ia mengikuti workshop di Chiangmai untuk membangkitkan warna alam. Di sana para peserta tukar-menukar biji tanaman indigo dengan peserta dari berbagai negara seperti Korea, Jepang, India, Pakistan.
Diakui Hani, sejak krisis moneter dan ledakan bom di berbagai tempat, jumlah turis asing yang datang dan membeli produk batik Winotosastro menurun drastis. Bahkan, batik Winotosastro yang dulu banyak diekspor ke berbagai negara atas pesanan departement store di Eropa, Amerika, dan Jepang, sekarang hanya ekspor sedikit dan umumnya hanya pesanan pribadi.
Namun demikian, keluarga Winotosastro tetap konsisten dalam melestarikan batik. ''Alhamdulillah meskipun sedikit-sedikit masih ada pesanan dari luar maupun dalam negeri,'' kata Hani yang berkarya membuat desain motif batik kontemporer dengan pewarna alam. ''Batik warna alam dapat bertahan ratusan tahun. Ini terbukti dari batik milik leluhur dulu yang hingga sekarang masih ada, terutama yang berwarna coklat soga, biru atau hitam dan putih. Ini warna-warna batik tradisional Yogyakarta,'' kata Hani.
Langkah melestarikan pewarna alami itu antara lain dilakukan Hani dengan mengoleksi tanaman yang bisa dipakai sebagai pewarna alami. Tanaman itu ada di halaman rumahnya, yang sekaligus sebagai showroom Batik Winotosastro, dan di sekitar halaman hotel Winotosastro di Jalan Tirtodipuran, Yogyakarta.
Bila menemukan sedikit saja lahan kosong, ia langsung memanfaatkan untuk memperbanyak koleksi tanaman pewarna batik, seperti indigo/tom/nila (Indigofera tinctoria L), tingi (Ceripus tagal), jambal (Ceriops candolleana), tegeran (Cudrania javanensis), putri malu (Mimosa pidica), mengkudu (Morinda citrifolia L), jambu biji, mangga, secang (Caiesalpinia), nangka (Artocarpus integra M), dan sebagainya.
Hani juga memberikan biji tanaman indigo kepada sejumlah petani di Bantul, Yogyakarta, untuk ditanam. Bila daunnya dipetik, dia akan membelinya untuk dibuat pasta dan dimanfaatkan oleh Batik Winotosastro sebagai bahan pewarna biru. ''Warna biru merupakan salah satu ciri khas batik klasik Yogyakarta disamping warna soga coklat dan warna dasar putih,''ungkap Hani sambil menunjukkan berbagai koleksi batik tulis khas Yogyakarta.
Awalnya batik Winotosastro, yang berdiri sejak 1940, hanya menggunakan pewarna alami. Dengan adanya pewarna kimia yang lebih bervariasi, batik Winotosastro juga menggunakan pewarna tersebut. Meskipun demikian sebagian besar kerajinan batiknya tetap menggunakan warna alami. Untuk meningkatkan pengetahuannya tentang warna alami, Hani aktif mengikuti seminar-seminar dan workshop mengenai pewarnaan alam untuk tekstil yang diselenggarakan di Indonesia maupun di luar negeri.
Latar belakang pendidikannya, yaitu sarjana muda Teknik Kimia UGM, mendukung keinginan untuk terus mendalami warna alami. Ia senang bereksperimen untuk menghasilkan warna dari bahan alami lainnya yang belum pernah atau jarang dipakai orang sebagai pewarna batik. Di berbagai kesempatan seminar dan workshop, Hani selalu berbicara tentang batik tradisional maupun praktek pembuatan batik tradisional dengan pewarnaan alam. ''Sayang kalau batik dari warisan leluhur bangsa Indonesia tidak dilestarikan. Corak batik Yogyakarta ada yang sudah dipatenkan di Amerika. Padahal batik ini betul-betul asli warisan leluhur kita,''ungkap Hani sambil menunjukkan batik tulis corak parang yang dikoleksinya.
Batik Winotosastro dikenal di dunia. Dulu Winotosastro maupun Hani sering keliling dunia untuk mengikut pameran di Eropa, Amerika, dan Asia yang dikoordinir oleh pemerintah. Juga mengikuti misi dagang yang disponsori oleh UNDP, MEE, JETRO dan UNIDO. Pada 1998 ia mengikuti workshop di Chiangmai untuk membangkitkan warna alam. Di sana para peserta tukar-menukar biji tanaman indigo dengan peserta dari berbagai negara seperti Korea, Jepang, India, Pakistan.
Diakui Hani, sejak krisis moneter dan ledakan bom di berbagai tempat, jumlah turis asing yang datang dan membeli produk batik Winotosastro menurun drastis. Bahkan, batik Winotosastro yang dulu banyak diekspor ke berbagai negara atas pesanan departement store di Eropa, Amerika, dan Jepang, sekarang hanya ekspor sedikit dan umumnya hanya pesanan pribadi.
Namun demikian, keluarga Winotosastro tetap konsisten dalam melestarikan batik. ''Alhamdulillah meskipun sedikit-sedikit masih ada pesanan dari luar maupun dalam negeri,'' kata Hani yang berkarya membuat desain motif batik kontemporer dengan pewarna alam. ''Batik warna alam dapat bertahan ratusan tahun. Ini terbukti dari batik milik leluhur dulu yang hingga sekarang masih ada, terutama yang berwarna coklat soga, biru atau hitam dan putih. Ini warna-warna batik tradisional Yogyakarta,'' kata Hani.
B.
Personalia
Panggilan akrab Haryani, selalu membantu orangtuanya --
Winotosastro dan Mudinah Winotosastro -- di perusahaan Kerajinan Batik
Winotosastro. Walaupun sang ayah, yang kini berusia 84 tahun, masih menjadi
pimpinan Batik Winotosastro, Hani berperan cukup besar di bagian produksi untuk
tetap melestarikan batik tradisional
C. . Proses produksi
1.Desain Motif Batik
a.Motif Ceplok
Ceplok Yogya Parang
Ceplok Grompol Ceplok
Motif
CEPLOK YOGYA PARANG, CEPLOK GROMPOL, CEPLOK MOTIF':
motif CEPLOK terdiri dari berbagai desain geometri, dengan bunga yang melingkar, bintang dan bentuk kecil lain yang membentuk pola simetris. Grompol artinya kumpul bersama. Sering digunakan pada upacara pernikahan untuk melambangkan kebersamaan dari sebuah pernikahan yang harmonis, atau dikenakan anak-anak yang berarti keberuntungan dan kebahagiaan.
motif CEPLOK terdiri dari berbagai desain geometri, dengan bunga yang melingkar, bintang dan bentuk kecil lain yang membentuk pola simetris. Grompol artinya kumpul bersama. Sering digunakan pada upacara pernikahan untuk melambangkan kebersamaan dari sebuah pernikahan yang harmonis, atau dikenakan anak-anak yang berarti keberuntungan dan kebahagiaan.
b. Batik Kawung
Motif batik kawung ini dikenal
dengan motif batik tertua, dulunya disediakan untuk keluarga kerajaan. Motif
kawung ini merupakan penampang buah aren kelapadan beberapa mengatakan salib di
antara empat oval mengacu pada sumber energi universal.
c. Batik Parang
c. Batik Parang
Motif batik parang dikenal familiar sebagai pola pedang atau
keris oleh orang luar. panggilan jawa motif lidah api, biasa juga disebut motif
parang lidah api. Motif parang dibedakan lagi menjadi 2 macam yaitu:
Parang Rusak
Parang rusak sendiri diartikan sebagai
pertarungan antara manusia melawan kejahatan dengan cara mengendalikan
keinginan mereka sehingga mereka menjadi mulia, bijaksana dan akan menang.
Parang barong
Parang barong pada jaman dahulu hanya
dipakai oleh raja dan dianggap sebagai pola yang suci. Arti motif sendiri suapa
sang raja menjadi hati-hati dalam menjaga dirinya sendiri sehingga dia akan
menjadi seorang penguasa yang jujur, adil dan juga bertanggung jawab terhadap
rakyatnya
d.Batik
Lereng
Design motif batik lereng adalah
baris diagonal pola di antara motif parang, banyak ditemukan untuk polanya
hanya deretan garis diagonal sempit penuh dengan seluruh arti pola
kecil.Merupakan salah satu pola lama disediakan untuk keluarga istana kerajaan.
e. Batik Nitik
Motif batik nitik sendiri terkenal
dengan motif batik tertua karena dulunya terinspirasi oleh kain tenun dengan
patola yang dibawa oleh para pedagang gujarat dari india. dengan design titik
titik serta geometri. Dulunya biasanya dipakai oleh orang tua dari pasangan
pernikahan orang truntum.
2.Mengutip Pola Motif Batik pada
kain/bahan
Pola dibuat dengan pensil. Pola bisa
berupa gambar-gambar yang langsung bisa dicanting, namun bisa juga berupa garis
geometris (misalnya untuk motif kawung, maka yang dibuat hanya garis-garis
kotak-kotaknya saja). Dalam membuat pola, gambar bisa langsung digambarkan pada
kain atau di-blad (menggambar dari pola yang ada di sebalik kain).
3.Ngelowong
(pemberian malam)
Dari pola yang sudah dibuat dengan pensil tadi, pembatik membuat kerangka
dengan menggunakan malam cair. Canting yang dipergunakan adalah canting cucuk
sedang atau canting klowongan. Mori yang sudah dibatik seluruhnya akan
memunculkan gambar berupa kerangka, disebut juga sebagai “klowongan”. Kain
putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap
berwarna putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat
menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan
proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik
tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (wax resist).
4.Isen (pemberian motif di dalam klowongan)
“Ngisen-iseni” berasal dari kata “isi”, yaitu memberi isi atau mengisi
“klowongan” tadi. Ngisen-iseni dengan mempergunakan canting cucuk kecil yang
disebut sebagai canting isen. Aktivitas selanjutnya adalah “nyeceki”. “Nyeceki”
mempergunakan canting cecekan, hasilnya bernama “cecekan”. Batikan yang lengkap
dengan isen-isen disebut sebagai “reng-rengan”. Karena namanya “reng-rengan”,
maka aktivitas membatik dalam memberikan isen-isen sejak awal hingga akhir
disebut sebagai “ngengreng”. Setelah “ngengreng” selesai, keseluruhan motif
yang dikehendaki bisa terlihat. Hal ini merupakan penyelesaian yang pertama.
5.Pewarnaan , meliputi:
·
Pengisian
warna
Dalam proses ini kain yang sudah dibatik diberi warna. Bagian yang tertutup malam nantinya akan tetap berwarna seperti semula (putih) dan yang tidak tertutup malam akan terwarnai.
Ada 2 jenis zat warna yang bisa dipilih dalam proses pewarnaan ini, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis.
Proses pewarnaan terbagi dalam beberapa tahap dan harus dikerjakan secara urut.
Dalam proses ini kain yang sudah dibatik diberi warna. Bagian yang tertutup malam nantinya akan tetap berwarna seperti semula (putih) dan yang tidak tertutup malam akan terwarnai.
Ada 2 jenis zat warna yang bisa dipilih dalam proses pewarnaan ini, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis.
Proses pewarnaan terbagi dalam beberapa tahap dan harus dikerjakan secara urut.
·
Perendaman dengan cairan naptol
Sebelum diberi warna kain perlu direndam dulu dengan cairan naptol agar warna bisa menempel dengan sempurna.
Sebelum diberi warna kain perlu direndam dulu dengan cairan naptol agar warna bisa menempel dengan sempurna.
·
Pemberian warna
Kain dimasukkan dalam zat warna (alam/sintetis) sambil dibolak-balik supaya rata, kemudian didiamkan selama 15 menit. Setelah itu kain diangkat, diangin-anginkan dengan cara kain dibentang pada tali/tambang di tempat yang teduh dan dijepit. Pada pewarnaan alami, setelah kain kering pencelupan diulang minimal 3 kali.
-Mengeringkan
Kain dimasukkan dalam zat warna (alam/sintetis) sambil dibolak-balik supaya rata, kemudian didiamkan selama 15 menit. Setelah itu kain diangkat, diangin-anginkan dengan cara kain dibentang pada tali/tambang di tempat yang teduh dan dijepit. Pada pewarnaan alami, setelah kain kering pencelupan diulang minimal 3 kali.
-Mengeringkan
Menjemur batik adalah langkah terakhir
dari suatu siklus proses pembuatan batik. Proses pengeringan dilakukan setelah
proses pelorodan dengan soda ash yang bertujuan mematikan warna batik agar
tidak luntur. Proses pengeringan batik ada dua macam, yaitu proses pengeringan
alami dan proses pengeringan dengan mesin oven. Proses pengeringan alami
menggunakan sumber daya alam matahari.
Hampir semua produsen batik di pekalongan menggunakan teknik pengeringan alami, karena selain kualitas hasilnya tidak jauh beda dengan proses pengeringan mesin oven, proses pengeringan alami lebih hemat sehingga bisa menekan harga jual batik.
Hampir semua produsen batik di pekalongan menggunakan teknik pengeringan alami, karena selain kualitas hasilnya tidak jauh beda dengan proses pengeringan mesin oven, proses pengeringan alami lebih hemat sehingga bisa menekan harga jual batik.
·
-Ngelorot (menghilangkan malam)
Dalam proses ini warna akan dikunci. Ada 3
pilihan bahan untuk proses penguncian ini, yaitu air kapur (warna akan
cenderung lebih tua), tawas (warna akan cenderung lebih muda), dan tunjung
(warna akan cenderung lebih tua/pekat). Bahan-bahan tersebut memberikan efek
warna yang berbeda-beda meskipun zat warna yang digunakan sama. Cara mengunci:
kain yang sudah diberi warna direndam dalam cairan dari salah satu bahan
tersebut selama 10 menit, kemudian dicuci bersih dan dikeringkan dengan cara
diangin-angin.
Menghilangkan lilin secara keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik disebut mbabar, ngebyok, atau nglorod. Caranya, kain yang sudah dibatik direndam terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam air mendidih yang sudah diberi obat pembantu berupa waterglass atau soda abu. Setelah itu, kain batik dikeringkan dengan cara diangin-angin.
Proses-proses di atas hanya untuk penggunaan 1 warna saja. Kebanyakan kain batik memakai lebih dari 1 warna. Untuk setiap pewarnaan, perlu diulang prosesnya dari mencanting (mulai dari “membatik kerangka”, namun bagian yang ditutup dengan cairan malam berbeda tergantung bagian mana yang diinginkan tidak terkena warna itu) sampai “nglorod”.
Menghilangkan lilin secara keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik disebut mbabar, ngebyok, atau nglorod. Caranya, kain yang sudah dibatik direndam terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam air mendidih yang sudah diberi obat pembantu berupa waterglass atau soda abu. Setelah itu, kain batik dikeringkan dengan cara diangin-angin.
Proses-proses di atas hanya untuk penggunaan 1 warna saja. Kebanyakan kain batik memakai lebih dari 1 warna. Untuk setiap pewarnaan, perlu diulang prosesnya dari mencanting (mulai dari “membatik kerangka”, namun bagian yang ditutup dengan cairan malam berbeda tergantung bagian mana yang diinginkan tidak terkena warna itu) sampai “nglorod”.
6.Mengeringkan kembali
Diupayakan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung, Waktu penjemuran
sebelum jam 11.00. Sirkulasi udara teratur dengan baik. Untuk bahan batik yang
pendek ukuran 2 meteran, bisa dilakukan dengan menggunakan gawangan seperti
tempat untuk menjemur batik biasa seperti pada gambar di atas.
7.Pengepakan / pengemasan
Melihat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah berpredikat kota pelajar,
budaya dan wisata yang akan mendatangkan suatu dampak yang positif bagi
perkembangan industri batik di wilayah tersebut, karena batik adalah salah satu
cinderamata khas Yogyakarta. Oleh karena itu menyimpulkan bahwa produk
batik, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi yang
cukup besar.
Dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta ,Untuk melihat ada prospek yang cerah bagi perkembangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan mengambil langkah dengan melakukan kerjasama dengan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi DIY agar dapat dijadikan salah satu obyek wisata bersama perusahaan batik lainnya, seperti Surya Kencana, Plentong dalam hal memasarkan hasil perusahaan tersebut. Sehingga menimbulkan hal yang positif bagi perdagangan dan pembuatan batik, selain itu dari aspek pemasarannya melakukan kegiatan ekspor produk batik ke luar negeri.
Dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta ,Untuk melihat ada prospek yang cerah bagi perkembangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan mengambil langkah dengan melakukan kerjasama dengan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi DIY agar dapat dijadikan salah satu obyek wisata bersama perusahaan batik lainnya, seperti Surya Kencana, Plentong dalam hal memasarkan hasil perusahaan tersebut. Sehingga menimbulkan hal yang positif bagi perdagangan dan pembuatan batik, selain itu dari aspek pemasarannya melakukan kegiatan ekspor produk batik ke luar negeri.
8.Pengiriman /pendistribusian
Secara umum, sebelum batik sampai ke
tangan konsumen dari produsen tentunya batik tersebut akan melalui proses
distribusi dimana pendistribusian ini menyalurkan hasil-hasil batik tersebut.
Pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi secara otomatis. Melalui
perangkat yang kompleks dari suatu pertukaran yang terjadi, aktifitas ekonomin dari
orang-orang yang berjarak dan yang tidak menyadari keberadaan satu sama lain
dapat diatur. Banyak media untuk mendistribusikan batik selain menjualnya
langsung di pasar, yaitu dengan media internet. Saat ini banyak sekali para
penjual menciptakan ‘pasarnya’ sendiri melalui dunia maya.
Terbukti hal ini jauh lebih praktis dan mudah karena antara penjual dan calon pembeli tidak perlu bertatap muka secara langsung. Pendistribusian batik sampai ke luar negeri dengan berbagai model dan motif yang disesuaikan dengan kemajuan fashion masa kini. Harga menjadi kunci dalam mekanisme pasar dan distribusi. Harga dipandang sebagai penyeimbang antara penawaran dan permintaan. Maka sesuai dengan permintaan pasar, harga batik pun beragam, mulai dari yang murah sampai yang mahal dengan kualitas yang berbeda pula. Tujuannya adalah agar pendistribusian batik dapat menjangkau berbagai kalangan dan dapat dikonsumsi pula oleh calon konsumen yang memiliki keterbasan (biaya maupun jangkauan tempat).
Terbukti hal ini jauh lebih praktis dan mudah karena antara penjual dan calon pembeli tidak perlu bertatap muka secara langsung. Pendistribusian batik sampai ke luar negeri dengan berbagai model dan motif yang disesuaikan dengan kemajuan fashion masa kini. Harga menjadi kunci dalam mekanisme pasar dan distribusi. Harga dipandang sebagai penyeimbang antara penawaran dan permintaan. Maka sesuai dengan permintaan pasar, harga batik pun beragam, mulai dari yang murah sampai yang mahal dengan kualitas yang berbeda pula. Tujuannya adalah agar pendistribusian batik dapat menjangkau berbagai kalangan dan dapat dikonsumsi pula oleh calon konsumen yang memiliki keterbasan (biaya maupun jangkauan tempat).
Produk Busana
1.Desain
Busana
Sebagai langkah awal, Anda dapat menggambar desain busana
dengan bantuan gambar bentuk dasar orang. Caranya: Cetak gambar bentuk dasar
kemudian jiplaklah gambar bentuk dasar dengan pensil. Tipis-tipis saja
menjiplaknya. Buatlah gambar desain busana yang Anda inginkan di atas gambar
bentuk dasar tersebut.Setelah gambar desain busana siap, hapus goresan pensil.
Semakin sering Anda berlatih, maka semakin lincah Anda menggambar. Pada
akhirnya, Anda tidak lagi memerlukan gambar bentuk dasar tersebut.
2.Pola Busana
Dalam pembuatan pola, menggunakan beberapa ukuran, baik ukuran standar S, M, L dan menggunakan size angka dari 1-9. Seorang pembuat pola harus mempunyai kemampuan mengkonversi disain ke dalam pola untuk membuat contoh pakaian. Setelah sample disetujui berarti pola contoh dapat dikembangkan sesuai dengan ukuran yang diorderkan dengan cara grading yaitu menambah atau mengurangi dimensinya untuk mendapatkan berbagai ukuran untuk diproduksi.
Dalam pembuatan pola, menggunakan beberapa ukuran, baik ukuran standar S, M, L dan menggunakan size angka dari 1-9. Seorang pembuat pola harus mempunyai kemampuan mengkonversi disain ke dalam pola untuk membuat contoh pakaian. Setelah sample disetujui berarti pola contoh dapat dikembangkan sesuai dengan ukuran yang diorderkan dengan cara grading yaitu menambah atau mengurangi dimensinya untuk mendapatkan berbagai ukuran untuk diproduksi.
3.Bahan Busana Batik
Kain yang beredar di pasaran banyak jenis
dan kualitasnya. Sebagai orang yang berkecimpung di bidang busana, kita harus
dapat memilih bahan tekstil sesuai dengan yang dibutuhkan. Agar tidak keliru
dalam memilih bahan maka kita harus mempunyai pengetahuan tentang bahan tekstil.
Tujuan mempelajari pengetahuan bahan tekstil ini adalah :
Tujuan mempelajari pengetahuan bahan tekstil ini adalah :
1. untuk
mengetahui asal bahan,
2. untuk
mengetahui sifat-sifat bahan dan pemeliharaannya,
3. supaya
dapat membedakan bahan tiruan dengan bahan yang asli, dan
4. agar
dapat menyesuaikan atau memilih bahan sesuai dengan waktu, tempat, kegunaan dan
kesempatan pemakaiannya.
Pengetahuan tentang tekstil
yang akan dijelaskan dalam bab ini meliputi pengetahuan tentang bahan utama
busana, bahan pelapis dan bahan pelengkap busana. Pengetahuan ini merupakan
pengetahuan dasar dalam pembuatan busana.
Bahan Utama Busana
Pakaian yang baik ditentukan oleh pemilihan dan pemakaian bahan tekstil yang tepat. Terkadang kita kecewa terhadap hasil pakaian yang dibuat karena menggunakan bahan yang tidak atau kurang sesuai dengan model yang ditentukan.
Pakaian yang baik ditentukan oleh pemilihan dan pemakaian bahan tekstil yang tepat. Terkadang kita kecewa terhadap hasil pakaian yang dibuat karena menggunakan bahan yang tidak atau kurang sesuai dengan model yang ditentukan.
4.Menggunting
Mulailah membuat pola untuk bagian depan
,belakang,tangan,krah jika ada.tarik garis dengan menggunakan pensil
usahakan mengikuti pola dasar.gunting pola pada garis tarikan pensilnya
menggunakan gunting kertas,gunakan jarum pentul untuk menyematkan pola kedalam
kain.usahakan semaksimal mungkin untuk memanfaatkan kain dan polanya agar tidak
terbuang percuma.akhirnya membuat pola dengan garis lurus,usahakan ditambah 2
cm untuk obras,untuk pola garis lengkung ditambah 1 cm. Gunakan kapur jahit
untuk membentuk nya agar rapi saat memotong kain.dan bagian krah sebelum
dijahit sebaiknya bahan dan kain keras disetrika terlebih dahulu,agar menempel
dengan kuat.
5.Menjahit
Sebelum menjahit ,kain yang
sudah obras terlebih dahulu,kemudian pasang benang atas dan dalam
sekocinya.jahitlah kain sesuai garis jahit nya (gunakan kapur kain untuk
menggaris),jarum pentul gunakan untuk menyematkan pola sebaiknya disematkan
kembali,agar kain tidak bergeser saat menyambung bagian depan dengan bagian
belakang pola.
Usahakan jahit kopnat bagian depan dan belakang ,tempel vaslin dibagian depan dalam kain,semprot vaslin sampai hingga menempel sempurna pada kain,jahit sambung bahu bagian depan dan belakang,semua kampuh jahitan 1,5 cm,kecuali ada keterangan lain,sambung sisi badan depan dengan sisi badan belakang. Setelah menjahit blus batik dan telah selesai dan siap dikenakan,namun cobalah terlebih dahulu blus batik untuk memastikan ukurannya serta periksa kembali jahitan,agar jika ada bagian yang kurang rapi,dapat diperbaiki.
Usahakan jahit kopnat bagian depan dan belakang ,tempel vaslin dibagian depan dalam kain,semprot vaslin sampai hingga menempel sempurna pada kain,jahit sambung bahu bagian depan dan belakang,semua kampuh jahitan 1,5 cm,kecuali ada keterangan lain,sambung sisi badan depan dengan sisi badan belakang. Setelah menjahit blus batik dan telah selesai dan siap dikenakan,namun cobalah terlebih dahulu blus batik untuk memastikan ukurannya serta periksa kembali jahitan,agar jika ada bagian yang kurang rapi,dapat diperbaiki.
6.Mengobras
Seterusnya letakkan bahan yg bakal diobras
secara memasukan pinggiran bahan lewat bawah sepatu obras hingga kira-kira
pinggiran kain dapat terpotong sedikit oleh pisau yg terdapat terhadap mesin
obras. Injak bidang pedalnya dgn perlahan, pakai tangan kiri utk memegang kain
yg belum diobras & tangan kanan memegang kain yg sudah diobras. Jikalau
aktivitas mengobras telah selesai setelah itu sisa hasil obrasan dibagian tepi
bahan dipotong. Cabut kabel dynamo & serentak bersihkan sisa-sisa benang
atau potongan kain memakai kuas mungil atau vacuum cleaner utk menyedot
sisa-sisa kain yg masuk kedalam sela-sela meja mesin jahit seterusnya minyaki
mesin bersama minyak mesin obras dulu letakkan kain perca di bawah sepatu mesin
obras.
7.Penyelesaian/pengepresan
Dalam proses pengepresan di lakukan dengan alat bantu berupa mesin solder, kemudian baru di pres menggunakanmesin pres. Penyeterikaan, hal ini merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan untuk dapat memberikan bentuk dan corak tertentu menurut disain pakaian yang direncanakan. Pengaruh penyeterikaan/ presing memberikan suatu pandangan yang menarik kepada si pemakai untuk menunjukkan kerapihan dan keindahan yang mengesankan.
8.Pengepakan/pengemasan
Dalam proses pengepresan di lakukan dengan alat bantu berupa mesin solder, kemudian baru di pres menggunakanmesin pres. Penyeterikaan, hal ini merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan untuk dapat memberikan bentuk dan corak tertentu menurut disain pakaian yang direncanakan. Pengaruh penyeterikaan/ presing memberikan suatu pandangan yang menarik kepada si pemakai untuk menunjukkan kerapihan dan keindahan yang mengesankan.
8.Pengepakan/pengemasan
·
Pemasangan label
·
Pelipatan, setelah bahan disetrika kemudian
dilipat. Dalam penyeterikaan ini apabila terdapat kerusakan atau kesalahan
dalam penjahitan yang tidak diketahui oleh bidang quality control maka pakaian
tersebut diberikan kepada quality control lagi dan kemudian diberikan kepada
penjahit untuk diperbaiki. Setelah dilipat dimasukkan ke dalam plastik kemasan.
·
Packing adalah memasukkan pakaian yang sudah
dikemas ke dalam dus-dus / kotak kemasan.
9.Pengiriman/Pendistribusian
Pengirimannya menggunakan mobil box ,dijual di daerah –daerah
sekitar, di ekspor ke luar negri . Kadang ada orang yang datang langsung untuk
membeli atau untuk di jual kembali.
D.HASIL
PRODUKSI
·
Batik Winitisastro merupakan salah satu bagian
dari industri batik yang ada di Indonesia, maka perusahaan tersebut memproduksi
berbagai macam batik sesuai dengan bahan kain yang digunakan, yaitu :
·
Berupa kain baik Sutera, Katun (Primissima dan
Prima), Lycra, HTS 9 atau Rayon, Voillisima, Berkolissima, dll.
·
Berupa Man, Woman, and Children Wear, atau
pakaian Pria, wanita dan anak-anak.
·
Berupa House hold atau perlengkapan rumah tangga
seperti Taplak Meja, Bed Cover, Dinner Set, Plate snd Glass Mat, Hot mat, dan
Apron atau celemek masak.
·
Accessories, seperti Wall Hang atau Hiasan
dinding, tas, painting atau Lukisan dan lain-lain.
E.PENJUALAN / PEMASARAN
Dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta
,Untuk melihat ada prospek yang cerah bagi perkembangan perusahaan. Oleh karena
itu perusahaan mengambil langkah dengan melakukan kerjasama dengan Departemen
Pariwisata Pos dan Telekomunikasi DIY agar dapat dijadikan salah satu obyek
wisata bersama perusahaan batik lainnya, seperti Surya Kencana, Plentong dalam
hal memasarkan hasil perusahaan tersebut. Sehingga menimbulkan hal yang positif
bagi perdagangan dan pembuatan batik, selain itu dari aspek pemasarannya
melakukan kegiatan ekspor produk batik ke luar negeri.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dengan melakukan
kunjungan Industri ke tempat garment dan pengerajin batik saya mendapat
pengalaman baru tentang industri, lebih mengerti dunia kerja industri, dapat
membandingkan ilmu yang diperoleh di sekolah dengan dunia kerja industri.
Observasi yang dilakukan secara nyata dan langsung pengembangan atas tugas yang
diemban oleh siswa yang pada akhirnya sebagai bekal untuk tekun terjun di
masyarakat ataupun di dunia kerja.
B.Saran
Sebelum melakukan kunjungan
industri sebaiknya melakukan berbagai persiapan : misalkan pertanyaan
yang kompeten, kenapa pertanyaan yang kompeten karna siswa dituntut untuk
menggali informasi saat melakukan kunjungan.
Harus menjaga komunikasi yang baik antara pihak sekolah maupun pihak industri agar dapat menjaga citra baik dari sekolah maupun pihak industri.
Harus menjaga komunikasi yang baik antara pihak sekolah maupun pihak industri agar dapat menjaga citra baik dari sekolah maupun pihak industri.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment