July 25, 2018

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER



MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan


Dosen Pengampu : Abdul Aziz Binsa, M. Pd

Kelompok : 08
Nama               : Nurmalia Khotimah
Prodi               : Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Fakultas           : Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
            Ashhadualla illahaillallah, waashhaduanna muhammadur rasulullah, Allahuma sholi‘ala syayyidina Muhammad, wa‘alaa ali syayidina Muhammad, lahaula walaquata illa billah.
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini yang dilengkapi dengan berbagai penjelasan tentang pendidikan karakter.
            Dalam kesempatan ini, makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan sebagai syarat mengikuti UAS, yang berisi ringkasan materi dan beberapa penjelasan tentang pendidikan karakter.
            Saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi Bapak Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan, Pak Binsa, namun saya yakin bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saya sangat senang apabila dari Pak Binsa, bersedia memberikan kritik dan saran secara tertulis maupun lisan untuk penyempurnaan makalah berikutnya.
            Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kami semua, khususnya mahasiswa Prodi PGMI, dan BKI semester 2. Saya sampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Ngawi, 1 Maret 2018
Penyusun



Nurmalia Khotimah


DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................         i
KATA PENGANTAR...........................................................................         ii
DAFTAR ISI.........................................................................................         iii
BAB I PENDAHULUA
a.       Latar Belakang...........................................................................         1
b.      Rumusan Masalah......................................................................         1
c.       Tujuan.........................................................................................         1
BAB II PEMBAHASAN
1.      Hakekat Pendidikan Karakter dalam Islam...............................         2
2.      Tujuan Pendidikan Islam............................................................         5
3.      Aspek dan Langkah-Langkah Pembentukan Kepribadian Muslim    7
BAB IV PENUTUP
a.       Kesimpulan.................................................................................         12
DAFTARPUSTAKA.............................................................................         13

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Tidak sedikit pemerhati pendidikan kita yang sudah banyak membahas masalah pendidikan karakter di negeri ini, dari mulai konsep dasar sampai pada penerapannya baik dari jenjang sekolah dasar sampai menengah bahkan perguruan tinggi. Semua itu dilakukan karena kesadarannya yang tinggi akan pentingnya pendidikan karakter dengan sebuah harapan terpeliharanya generasi penerus bangsa yang memiliki kepribadian religius, berakhlaqul karimah, berpikir kritis, inovatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta di landasi dengan iman dan takwa (IMTAK) yang tinggi.
Kurikulum berkarakter bangsa yang pernah digagas dan diberlakukan di semua institusi pendidikan di negeri ini, merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah kita dalam menyiapkan karakter bangsa yang kokoh dan unggul di masa yang akan datang, termasuk dalam hal ini mengantisipasi generasi penerus bangsa agar terhindar dari tindakantindakan yang bersifat  negatif terlebih dalam menghadapi tantangan dan kondisi masyarakat yang semakin mengkhawatirkan, maka disinilah perlu adanya pendidikan karakter dalam pembentukan insan yang berkepribadian baik dan religi.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana hakekat pendidikan karakter dalam islam ?
2.      Apa tujuan pendidikan islam ?
3.      Bagaimana aspek dan langkah-langkah pembentukan kepribadian muslim ?
C.    TUJUAN
Mengetahui penjelasan mengenai apa yang tercantum dalam rumusan masalah diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      HAKEKAT PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Sebelum membahas mengenai pendidikan karakter ada baiknya mengetahui apa itu pendidikan dan apa itu karakter. Setelah mengetahui makna keduanya, maka kita akan mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter.
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education”  yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan dan pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi  dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih baik dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif  yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian. Pengertian pendidikan  seperti disebutkan di atas mengacu kepada suatu sistem yaitu “sistem pendidikan Islam”.
Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat diartikan sebagai proses transisi pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu generasi ke generasi lainnya. Semua itu dapat berlangsung seumur hidup, selama manusia masih berada bi muka bumi ini
Adapun definisi karakter, secara etimologis kata “karakter” (Inggris, character) tersebut berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charasein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain dan watak. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008:682) sebagaimana dikutip Marzuki (t.th: 4), karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Kosim meliputi sepuluh nilai sebagaimana berikut:
1.      Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.      Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.      Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbegai ketentuan  dan peraturan.
6.      Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.      Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.      Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.      Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.
10.  Semangat kebangsaan, yakni cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bamgsa lain negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa karakter identik dengan akhlak, moral, dan etika. Maka dalam persfektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil dari proses penerapan syariat (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh kondisi akidah yang kokoh dan bersandar pada alQur’an dan al-Sunah (Hadits). Ibn Maskawaih) mengartikan akhlak sebagai “a state of the soul which causes it to perform its actions without thought or deliberation,” keadaan jiwa yang karenanya menyebabkan munculnya perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran atau pertimbangan yang mendalam’. Definisi senada juga dikatakan oleh imam al-Ghazali sebagai berikut : “Akhlak adalah keadaan sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Kategori yang asama juga disebut oleh Basil Mitchell, Imam Abi alFadhl dalam Lisan al-Arab mengartikan akhlak sebagai al-sahiyah yang berarti watak dan tabiat. Hakekat makna khuluq (bentuk singel dari akhlak) adalah gambaran (surah) batin manusia yang meliputi sifat dan jiwanya (nafs), Analisis semantik Sheila Mc. Donough menarik juga untuk diperhatikan. Ia mengatakan bahwa kata khuluq memiliki akar kata yang sama dengan khalaqa yang berarti “menciptakan” (to creat) dan “membentuk” (to shape) atau memberi bentuk (to give from). Akhlak adalah istilah yang tepat dalam bahasa Arab untuk arti moral.
Seperti halnya akhlak, secara etimologis etika juga memiliki makna yang sama dengan moral. Tetapi, secara terminologis dalam posisi tertentu, etika memiliki makna yang berbeda dengan moral. Sebab etika memiliki tiga posisi, yakni sebagai sistem nilai, kode etik, dan filsafat moral.

2.      TUJUAN PENDIDIKAN  ISLAM
Kata Islam dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, atau pendidikan Islami, atau pendidikan yang berdasarkan asas-asas Islam. Pembahasan tentang apa pendidikan itu menurut Islam tentunya didasarkan atas keterangan al-Qur’an dan Hadits, serta didasarkan pula pada pendapat para pakar pendidikan Islam.
Membicarakan tujuan pendidikan umum itu penting. Tujuan umum itu tetap menjadi arah dari pendidikan Islam. Untuk keperluan pelaksanaan pendidikan, tujuan itu harus dirinci menjadi tujuan umum yang sudah pernah dilakukan oleh para ahli pendidikan Islam, Al-Syaibani misalnya, menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:
1.      Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuankemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
2.      Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam bermasyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.
3.      Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyrakat (Tafsir, 1992:46).
Al-Abrasyi dalam Tafsir (1992: 46) merinci tujuan akhir pendidikan Islam menjadi empat hal, yakni: pertama, pembinaan akhlak; kedua, menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat; ketiga, penguasaan ilmu; dan keempat keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Al-Aynayni (1980:153-217) membagi tujuan pendidikan Islam menjadi  tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ialah beribadah kepada Allah, maksudnya membentuk manusia yang beribadah kepada Allah SWT. Selanjutnya ia mengatakan  bahwa tujuan umum ini sifatnya tetap, berlaku di segala tempat, waktu dan keadaan. Tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan keadaan geografi, ekonomi, dan lain-lain yang ada di tempat itu. Selanjutnya ia membagi aspek-aspek pembinaan  dalam pendidikan Islam. Aspek-aspek pembinaan dalam pendidikan Islam menurutnya adalah:
1.      Aspek jasmani
2.      Aspek akal
3.      Aspek akidah
4.      Aspek akhlak
5.      Aspek kejiwaan
6.      Aspek keindahan
7.      Aspek kebudayaan

3.      ASPEK DAN LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM

1.      Aspek Pembentukan Kepribadian Muslim
Konsep pembentukan kepribadian dalam pendidikan Islam menurut Syaikh Hasan al- Banna mencakup sepuluh aspek: pertama, bersihnya akidah; kedua, lurusnya ibadah; ketiga, kukuhnya akhlak; keempat, mampu mencari penghidupan; kelima, luasnya wawasan berpikir; keenam, kuat fisiknya; ketujuh, teratur urusannya; kedelapan, perjuangan diri sendiri; kesembilan, memerhatikan waktunya; dan kesepuluh, bermanfaat bagi orang lain
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah implikasi dari konsep itu yang tampilannya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari. Keimanan merupakan sisi abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak mulia.
Untuk itu membentuk kepribadian muslim harus direalisasikan sesuai al-Qur’an dan al-Sunnah Nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketertinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentaskan kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam muslim identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Adapun faktor-faktor pembentuk kepribadian meliputi: faktor internal dan faktor ekstrenal.
2.      Langkah-langkah Pembentuk Kepribadian Muslim. Dalam Pendidikan Islam, untuk membentuk kepribadian diperlukan beberapa langkah, antara lain:
a.       Peran Keluarga 
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkannya kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan, cerdas, pandai, dan beriman. Bagi orang Islam, beriman itu adalah beriman dan berkepribadian secara Islami. Dalam taraf yang sederhana, orang tua tidak ingin anaknya lemah, sakit-sakitan, penganguran, bodoh dan nakal.
Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang mejadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati; artinya, orang tua tidak dapat berbuat lain. Oleh karena itu, mau tidak mau mereka harus menjadi penganngung jawab pertama dan utama. Kaidah ini diakui oleh semua agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia.
Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab itu maka sudah seharusnya orang tua memiliki pengetahuan tentang apa dan bagaimana konsep pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun, dan rambu-rambu bagi para orang tua dalam menjalankan tugasnya
Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal. Hal itu meliputi seluruh aspek  perkembangan anaknya, yaitu perkembangan jasmani, akal, dan rohani. Tujuan lain ialah membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan kepribadian anak didiknya.
Terdapat tujuh bidang pendidikan yang bisa dilakukan orangtua dalam memainkan perannya sebagai pendidik, yaitu pendidikan  jasmani, kesehatan, akal (intelektual), keindahan, emosi-psikologikal, agama dan spiritual, akhlak, sosial dan politik. Semua bidang ini memiliki peranan yang begitu besar dalam mendidik kepribadian seseorang. Selain itu, keluarga memiliki tugas agama, moral, dan sosial yang harus ditunaikannya dengan baik untuk menyiapkan putra-putrinya memasuki kehidupan yang lebih baik dan mulia serta terjamin kesehatannya, penuh dengan kebijaksanaan, memiliki akal dan logika yang berkembang, rasa sosial yang peka, penyesuaian psikologikal dengan diri sendiri dan orang lain, mengenal Allah setiap saat, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama, akhlak mulia, serta mampu bergaul sebaik mungkin dengan manusia lainnya sebagai bagian dari kecintaan terhadap tanah air dan bangsa.

b.      Peran Sekolah
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan anak sangat besar, mendasar, dan mendalam, begitu pun halnya dengan pengaruh pendidikan di Sekolah. Akan tetapi pengaruh peran keluarga tersebut boleh dikatakan terbatas pada perkembangan aspek afektif saja, sementara pendidikan di sekolah dalam tataran praktisnya lebih cenderung pada segi perkembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (keterampilan). Pengaruh yang diperoleh anak didik di sekolah hampir seluruhnya berasal dari guru yang mengajar di kelas. Jadi, guru yang dimaksud di sini ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.
Oleh karenanya ada beberapa tugas yang harus dilakukan oleh seorang pendidik muslim tentang syarat dan sifat guru, antara lain: pertama, guru harus mengetahui karakter murid; kedua, guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya; dan ketiga, guru harus mengamalkan ilmunya serta tidak berbuat sesuatu yang berlawanan dengan ilmu yang telah diajarkannya.
c.       Peran Masyarakat
Masyarakat memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Oleh karenanya, peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam pendidikan Islam. Karena anak akan belajar dari lingkungan terdekatnya, maka seluruh elemen masyarakat harus mampu menciptakan sebuah lingkungan yang positif demi tumbuhkembangnya karakter anak yang positif pula. Apabila orang tua dengan segala kesibukan dan keterbatasan waktunya tidak mampu memberikan pendidikan yang baik di rumah, maka orang tua wajib memberikan sekolah yang terbaik agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang terbaik pula. Selain itu, orangtua juga wajib memilih lingkungan di mana mereka tinggal secara selektif, karena lingkungan memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian seorang anak. 
Ketiga peranan di atas sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang, oleh karenanya harus ada sinergi antara peran guru, sekolah, dan masyarakat demi terpeliharanya karakter dan kepribadian yang positif dari putra-putri kita. Ada tiga proses dasar pembentukan kepribadian seseorang yang bisa dilakukan dengan mengupayakan sinergisitas peran guru, sekolah dan masyarakat: pertama, pembentukan pembiasaan, pembentukan ini ditujukan pada aspek kejasmanian dari kepribadian yang memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, seperti puasa, sholat, dan lain-lain; kedua, pembentukan pengertian yang meliputi sikap dan minat untuk memberi pengertian tentang aktifitas yang akan dilaksanakan, agar seseorang terdorong ke arah perbuatan yang positif; dan ketiga pembentukan kerohanian yang luhur, pembentukan ini tergerak untuk terbentuknya sifat takwa yang mengandung nilai-nilai luhur, seperti: jujur, toleransi, ikhlas, menepati janji dan lain sebagainya. Proses pembentukan kepribadian dalam pendidikan Islam berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Dengan demikian pembentukan kepribadian merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Qur’an dan Sunnah.
Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama , dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendiidkan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadipribadi muslim yang mandiri dan dan berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-Qur;an dan al-Sunnah Nabi sebagai identitsa kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendiidkan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2000.  Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas. Semarang: Gama Media.
Anggota IKAPI, 2010. Undang-Undang SISDIKNAS. Bandung: Fokusmedia.
Langgulung, Hasan. 2004. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologis Filsafat dan Pendidikan.  Jakarta: Pustaka Husna Baru.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosdakarya.
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.