MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen
Pengampu : Abdul Aziz Binsa, M. Pd
Kelompok : 08
Nama :
Nurmalia Khotimah
Prodi :
Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Fakultas :
Tarbiyah
INSTITUT AGAMA ISLAM
NGAWI
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Ashhadualla
illahaillallah, waashhaduanna muhammadur rasulullah, Allahuma sholi‘ala
syayyidina Muhammad, wa‘alaa ali syayidina
Muhammad, lahaula walaquata illa billah.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmatNya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini yang dilengkapi dengan
berbagai penjelasan tentang pendidikan karakter.
Dalam
kesempatan ini, makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan sebagai syarat
mengikuti UAS, yang berisi ringkasan materi dan beberapa penjelasan tentang pendidikan
karakter.
Saya
telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi Bapak
Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan,
Pak Binsa, namun saya yakin
bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saya
sangat senang apabila dari Pak Binsa, bersedia
memberikan kritik dan saran secara tertulis maupun lisan untuk penyempurnaan makalah
berikutnya.
Demikian,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kami semua, khususnya
mahasiswa Prodi PGMI, dan BKI
semester 2.
Saya sampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
|
Ngawi, 1 Maret 2018
Penyusun
Nurmalia Khotimah
|
DAFTAR
ISI
JUDUL................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUA
a.
Latar Belakang........................................................................... 1
b.
Rumusan Masalah...................................................................... 1
c.
Tujuan......................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Hakekat Pendidikan
Karakter dalam Islam............................... 2
2.
Tujuan Pendidikan
Islam............................................................ 5
3.
Aspek dan
Langkah-Langkah Pembentukan Kepribadian Muslim 7
BAB
IV PENUTUP
a.
Kesimpulan................................................................................. 12
DAFTARPUSTAKA............................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak sedikit pemerhati pendidikan kita yang sudah banyak membahas masalah
pendidikan karakter di negeri ini, dari mulai konsep dasar sampai pada
penerapannya baik dari jenjang sekolah dasar sampai menengah bahkan perguruan
tinggi. Semua itu dilakukan karena kesadarannya yang tinggi akan pentingnya
pendidikan karakter dengan sebuah harapan terpeliharanya generasi penerus
bangsa yang memiliki kepribadian religius, berakhlaqul karimah, berpikir
kritis, inovatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta di
landasi dengan iman dan takwa (IMTAK) yang tinggi.
Kurikulum berkarakter bangsa yang pernah digagas dan diberlakukan di semua
institusi pendidikan di negeri ini, merupakan salah satu wujud perhatian
pemerintah kita dalam menyiapkan karakter bangsa yang kokoh dan unggul di masa
yang akan datang, termasuk dalam hal ini mengantisipasi generasi penerus bangsa
agar terhindar dari tindakantindakan yang bersifat negatif terlebih dalam menghadapi tantangan
dan kondisi masyarakat yang semakin mengkhawatirkan, maka disinilah perlu
adanya pendidikan karakter dalam pembentukan insan yang berkepribadian baik dan
religi.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana hakekat pendidikan karakter dalam islam
?
2.
Apa tujuan pendidikan islam ?
3.
Bagaimana aspek dan langkah-langkah pembentukan
kepribadian muslim ?
C. TUJUAN
Mengetahui penjelasan mengenai apa yang
tercantum dalam rumusan masalah diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. HAKEKAT PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Sebelum membahas mengenai pendidikan karakter
ada baiknya mengetahui apa itu pendidikan dan apa itu karakter. Setelah
mengetahui makna keduanya, maka kita akan mampu memahami apa yang dimaksud
dengan pendidikan karakter.
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan”
(hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak,
istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan
“tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
berarti bimbingan dan pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak
didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya,
pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang
agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih baik dalam arti mental. Dengan
demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan Islam adalah suatu proses
edukatif yang mengarah kepada
pembentukan akhlak atau kepribadian. Pengertian pendidikan seperti disebutkan di atas mengacu kepada
suatu sistem yaitu “sistem pendidikan Islam”.
Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat
diartikan sebagai proses transisi pengetahuan dari satu orang kepada orang
lainnya atau dari satu generasi ke generasi lainnya. Semua itu dapat
berlangsung seumur hidup, selama manusia masih berada bi muka bumi ini
Adapun definisi karakter, secara etimologis
kata “karakter” (Inggris, character) tersebut berasal dari bahasa Yunani
(Greek), yaitu charasein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa
diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain
dan watak. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008:682) sebagaimana dikutip
Marzuki (t.th: 4), karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol
khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang berkarakter
berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau
berwatak
Dengan demikian karakter juga dapat diartikan
sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik,
atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui
lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari
lahir. Ada yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan
dari lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik.
Tetapi pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan
karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
berkarakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas (2010) sebagaimana yang dikutip
oleh Muhammad Kosim meliputi sepuluh nilai sebagaimana berikut:
1. Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi, yakni sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin, yakni tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras, yakni tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh pada berbegai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.
10. Semangat kebangsaan, yakni cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bamgsa lain negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Sebagaimana
dijelaskan diatas, bahwa karakter identik dengan akhlak, moral, dan etika. Maka
dalam persfektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil dari
proses penerapan syariat (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh kondisi
akidah yang kokoh dan bersandar pada alQur’an dan al-Sunah (Hadits). Ibn
Maskawaih) mengartikan akhlak sebagai “a state of the soul which causes it to
perform its actions without thought or deliberation,” keadaan jiwa yang
karenanya menyebabkan munculnya perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran atau
pertimbangan yang mendalam’. Definisi senada juga dikatakan oleh imam
al-Ghazali sebagai berikut : “Akhlak adalah keadaan sifat yang tertanam dalam
jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan”.
Kategori yang
asama juga disebut oleh Basil Mitchell, Imam Abi alFadhl dalam Lisan al-Arab
mengartikan akhlak sebagai al-sahiyah yang berarti watak dan tabiat. Hakekat
makna khuluq (bentuk singel dari akhlak) adalah gambaran (surah) batin manusia
yang meliputi sifat dan jiwanya (nafs), Analisis semantik Sheila Mc. Donough
menarik juga untuk diperhatikan. Ia mengatakan bahwa kata khuluq memiliki akar
kata yang sama dengan khalaqa yang berarti “menciptakan” (to creat) dan
“membentuk” (to shape) atau memberi bentuk (to give from). Akhlak adalah
istilah yang tepat dalam bahasa Arab untuk arti moral.
Seperti halnya
akhlak, secara etimologis etika juga memiliki makna yang sama dengan moral.
Tetapi, secara terminologis dalam posisi tertentu, etika memiliki makna yang
berbeda dengan moral. Sebab etika memiliki tiga posisi, yakni sebagai sistem
nilai, kode etik, dan filsafat moral.
2. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Kata Islam dalam “pendidikan Islam”
menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam,
atau pendidikan Islami, atau pendidikan yang berdasarkan asas-asas Islam.
Pembahasan tentang apa pendidikan itu menurut Islam tentunya didasarkan atas
keterangan al-Qur’an dan Hadits, serta didasarkan pula pada pendapat para pakar
pendidikan Islam.
Membicarakan tujuan pendidikan umum itu
penting. Tujuan umum itu tetap menjadi arah dari pendidikan Islam. Untuk
keperluan pelaksanaan pendidikan, tujuan itu harus dirinci menjadi tujuan umum
yang sudah pernah dilakukan oleh para ahli pendidikan Islam, Al-Syaibani
misalnya, menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu,
mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani,
dan kemampuankemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat,
mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam bermasyarakat,
perubahan kehidupan masyarakat, dan memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan
dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai
kegiatan masyrakat (Tafsir, 1992:46).
Al-Abrasyi dalam Tafsir (1992: 46) merinci
tujuan akhir pendidikan Islam menjadi empat hal, yakni: pertama, pembinaan
akhlak; kedua, menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat; ketiga,
penguasaan ilmu; dan keempat keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Al-Aynayni (1980:153-217) membagi tujuan
pendidikan Islam menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum ialah beribadah kepada Allah, maksudnya membentuk
manusia yang beribadah kepada Allah SWT. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tujuan umum ini sifatnya tetap, berlaku
di segala tempat, waktu dan keadaan. Tujuan khusus pendidikan Islam ditetapkan
berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan keadaan geografi, ekonomi,
dan lain-lain yang ada di tempat itu. Selanjutnya ia membagi aspek-aspek
pembinaan dalam pendidikan Islam.
Aspek-aspek pembinaan dalam pendidikan Islam menurutnya adalah:
1. Aspek jasmani
2. Aspek akal
3. Aspek akidah
4. Aspek akhlak
5. Aspek kejiwaan
6. Aspek keindahan
7. Aspek kebudayaan
3. ASPEK DAN LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN MUSLIM
1. Aspek Pembentukan Kepribadian Muslim
Konsep pembentukan kepribadian dalam
pendidikan Islam menurut Syaikh Hasan al- Banna mencakup sepuluh aspek:
pertama, bersihnya akidah; kedua, lurusnya ibadah; ketiga, kukuhnya akhlak;
keempat, mampu mencari penghidupan; kelima, luasnya wawasan berpikir; keenam,
kuat fisiknya; ketujuh, teratur urusannya; kedelapan, perjuangan diri sendiri;
kesembilan, memerhatikan waktunya; dan kesepuluh, bermanfaat bagi orang lain
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan
kepribadian muslim, yaitu iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep
batin, maka batin adalah implikasi dari konsep itu yang tampilannya tercermin
dalam sikap perilaku sehari-hari. Keimanan merupakan sisi abstrak dari
kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak mulia.
Untuk itu membentuk kepribadian muslim harus direalisasikan sesuai
al-Qur’an dan al-Sunnah Nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu
mengejar ketertinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentaskan
kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam muslim identik dengan ajaran
Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
Adapun faktor-faktor pembentuk kepribadian meliputi: faktor internal dan faktor
ekstrenal.
2. Langkah-langkah Pembentuk Kepribadian Muslim.
Dalam Pendidikan Islam, untuk membentuk kepribadian diperlukan beberapa
langkah, antara lain:
a. Peran Keluarga
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya
menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang
dilahirkannya kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan, cerdas,
pandai, dan beriman. Bagi orang Islam, beriman itu adalah beriman dan
berkepribadian secara Islami. Dalam taraf yang sederhana, orang tua tidak ingin
anaknya lemah, sakit-sakitan, penganguran, bodoh dan nakal.
Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang
mejadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati;
artinya, orang tua tidak dapat berbuat lain. Oleh karena itu, mau tidak mau
mereka harus menjadi penganngung jawab pertama dan utama. Kaidah ini diakui
oleh semua agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia.
Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab itu
maka sudah seharusnya orang tua memiliki pengetahuan tentang apa dan bagaimana
konsep pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat
menjadi penuntun, dan rambu-rambu bagi para orang tua dalam menjalankan
tugasnya
Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah
agar anak mampu berkembang secara maksimal. Hal itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu perkembangan
jasmani, akal, dan rohani. Tujuan lain ialah membantu sekolah atau lembaga
kursus dalam mengembangkan kepribadian anak didiknya.
Terdapat tujuh bidang pendidikan yang bisa
dilakukan orangtua dalam memainkan perannya sebagai pendidik, yaitu
pendidikan jasmani, kesehatan, akal
(intelektual), keindahan, emosi-psikologikal, agama dan spiritual, akhlak,
sosial dan politik. Semua bidang ini memiliki peranan yang begitu besar dalam
mendidik kepribadian seseorang. Selain itu, keluarga memiliki tugas agama,
moral, dan sosial yang harus ditunaikannya dengan baik untuk menyiapkan
putra-putrinya memasuki kehidupan yang lebih baik dan mulia serta terjamin
kesehatannya, penuh dengan kebijaksanaan, memiliki akal dan logika yang
berkembang, rasa sosial yang peka, penyesuaian psikologikal dengan diri sendiri
dan orang lain, mengenal Allah setiap saat, berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran agama, akhlak mulia, serta mampu bergaul sebaik mungkin dengan
manusia lainnya sebagai bagian dari kecintaan terhadap tanah air dan bangsa.
b. Peran Sekolah
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga
terhadap perkembangan anak sangat besar, mendasar, dan mendalam, begitu pun
halnya dengan pengaruh pendidikan di Sekolah. Akan tetapi pengaruh peran
keluarga tersebut boleh dikatakan terbatas pada perkembangan aspek afektif
saja, sementara pendidikan di sekolah dalam tataran praktisnya lebih cenderung
pada segi perkembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotor
(keterampilan). Pengaruh yang diperoleh anak didik di sekolah hampir seluruhnya
berasal dari guru yang mengajar di kelas. Jadi, guru yang dimaksud di sini
ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid biasanya guru adalah
pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.
Oleh karenanya ada beberapa tugas yang harus
dilakukan oleh seorang pendidik muslim tentang syarat dan sifat guru, antara
lain: pertama, guru harus mengetahui karakter murid; kedua, guru harus selalu
berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam bidang yang diajarkannya maupun
dalam cara mengajarkannya; dan ketiga, guru harus mengamalkan ilmunya serta
tidak berbuat sesuatu yang berlawanan dengan ilmu yang telah diajarkannya.
c. Peran Masyarakat
Masyarakat memiliki peran yang besar dalam membentuk
kepribadian seseorang. Oleh karenanya, peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam
pendidikan Islam. Karena anak akan belajar dari lingkungan terdekatnya, maka
seluruh elemen masyarakat harus mampu menciptakan sebuah lingkungan yang
positif demi tumbuhkembangnya karakter anak yang positif pula. Apabila orang
tua dengan segala kesibukan dan keterbatasan waktunya tidak mampu memberikan
pendidikan yang baik di rumah, maka orang tua wajib memberikan sekolah yang
terbaik agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang terbaik pula. Selain
itu, orangtua juga wajib memilih lingkungan di mana mereka tinggal secara
selektif, karena lingkungan memiliki peran yang besar dalam membentuk
kepribadian seorang anak.
Ketiga peranan di atas sangat penting dalam pembentukan kepribadian
seseorang, oleh karenanya harus ada sinergi antara peran guru, sekolah, dan
masyarakat demi terpeliharanya karakter dan kepribadian yang positif dari
putra-putri kita. Ada tiga proses dasar pembentukan kepribadian seseorang yang
bisa dilakukan dengan mengupayakan sinergisitas peran guru, sekolah dan
masyarakat: pertama, pembentukan pembiasaan, pembentukan ini ditujukan pada
aspek kejasmanian dari kepribadian yang memberi kecakapan berbuat dan
mengucapkan sesuatu, seperti puasa, sholat, dan lain-lain; kedua, pembentukan
pengertian yang meliputi sikap dan minat untuk memberi pengertian tentang
aktifitas yang akan dilaksanakan, agar seseorang terdorong ke arah perbuatan
yang positif; dan ketiga pembentukan kerohanian yang luhur, pembentukan ini
tergerak untuk terbentuknya sifat takwa yang mengandung nilai-nilai luhur,
seperti: jujur, toleransi, ikhlas, menepati janji dan lain sebagainya. Proses
pembentukan kepribadian dalam pendidikan Islam berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan. Dengan demikian pembentukan kepribadian merupakan rangkaian
kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter.
Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan
pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang
mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta
berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan
pelatihan yang berpedoman pada al-Qur’an dan Sunnah.
Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi sikap, sifat, reaksi,
perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri
seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe
kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama , dan tipe orang-orang beriman.
Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendiidkan yang
dihasilkan belum mampu melahirkan pribadipribadi muslim yang mandiri dan dan
berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah
seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk
kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-Qur;an dan
al-Sunnah Nabi sebagai identitsa kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan
dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan.
Konsep kepribadian dalam pendiidkan Islam identik dengan ajaran Islam itu
sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2000. Moralitas
Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas. Semarang: Gama Media.
Anggota IKAPI, 2010. Undang-Undang
SISDIKNAS. Bandung: Fokusmedia.
Langgulung, Hasan. 2004. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologis
Filsafat dan Pendidikan. Jakarta:
Pustaka Husna Baru.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam
Persfektif Islam. Bandung: Rosdakarya.
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam.
Bandung: Pustaka Setia.